Setelah Luwak Ada Lagi Kopi Berasal Dari Kotoran Gajah Loh

Setelah Luwak Ada Lagi Kopi Berasal Dari Kotoran Gajah Loh
Setelah Luwak Ada Lagi Kopi Berasal Dari Kotoran Gajah Loh

satunusantaranews, Jakarta - Sama halnya kopi luwak yang sempat terkenal karena prosesnya yang berasal dari kotoran hewan luwak. Kopi yang dikenal dengan nama Black Ivory Coffee tersebut menjadi salah satu kopi termahal yang ada di dunia mengalahkan kopi luwak. Lantas mengapa harus gajah?

Pada tahun 2003, Blake Dinkin, seorang pengusaha asal Kanada menjadi bagian dalam memproduksi kopi luwak di Ethiopia dan menemukan masalah etika terhadap hewan luwak saat memproduksi kopi luwak yang kemudian dijual. Saat itu wabah SARS sedang menyerang negara-negara di Afrika dan Dinkin melihat kandang tempat luwak tersebut sangat tidak diperhatikan kelayakannya.

Dinkin kemudian melihat adanya peluang baru dalam memproduksi kopi dari kotoran hewan saat melihat berita yang menyebutkan bahwa gajah-gajah di Afrika menyerang ladang kopi milik petani dengan memakan kopi-kopi petani. Hal tersebut membuat para petani marah sehingga membunuh para gajah yang menyerang ladang kopi mereka. Dari hal tersebut, Dinkin berpikiran bahwa gajah dapat dimanfaatkan layaknya luwak yang secara alami memakan biji-biji kopi tersebut.

Gajah merupakan hewan herbivora yang dapat memecahkan selulosa pada perutnya sehingga dapat melakukan proses fermentasi. Hal tersebut membuat Dinkin memasukan buah kopi ke dalam makanan gajah sehingga kopi tersebut dicerna dan mengeluarkan kotorannya dan kemudian diambil biji-biji kopi tersebut.

Sebelumnya, Dinkin melakukan riset tentang kelayakan gajah serta kopi yang masih berbentuk buah sebelum memulai masukan kopi tersebut ke makanan gajah. Ia mencari tempat dimana gajah-gajah yang ingin dimanfaatkan tersebut diperlakukan secara etis sehingga masalah yang serupa di Ethiopia tidak kembali terjadi.

Dinkin memilih The Golden Triangle Asian Elephant Foundation, Thailand sebagai lokasi yang dipilihnya. Dinkin mempercayai The Golden Triangle Asian Elephant Foundation yang merupakan badan amal pemerintah Thailand yang melindungi gajah dengan layak.

Kemudian, Black Ivory Coffee tersebut diproduksi selama 4 sampai 5 tahun di kota Chiang Rai, Thailand yang kemudian dipindahkan ke Surin dengan alasan jumlah gajah yang lebih banyak dalam memproduksi Black Ivory Coffee tersebut. Thailand juga memiliki jenis kopi arabika yang nikmat dan menjadikan hal tersebut sebagai alasan lain dalam memilih Thailand dalam memproduksi Black Ivory Coffee.

Karakteristik dari asal tanaman, ketinggian tempat tanam, proses dan penyortiran, ukuran biji, pemanggangan, serta pembuatan kopi tersebut sangat mempengaruhi kualitas dari Black Ivory Coffee. Hal tersebut membuat Black Ivory di bandrol dengan harga yang sangat mahal sekitar USD 2000 atau sekitar Rp 29,3 juta untuk satu kilonya.

Penulis: Icha
Editor: Nawasanga

Baca Juga