satunusantaranews, Jakarta – Stres sering kali diartikan tidak baik bagi kesehatan dan selalu negative. Padahal tidak semua stres merupakan hal yang negatif, bahkan ada pula stres yang bersifat positif. Menurut Hans Selye, stres adalah suatu respons non-spesifik pada tubuh yang dapat muncul karena adanya permintaan untuk suatu perubahan.
Saat mengalami stres seringkali seseorang akan merasa gelisah dan agresif terhadap orang lain, hal ini merupakan reaksi alami yang terjadi pada tubuh. Karena saat stres, tubuh akan mengira jika ia sedang diserang hingga beralih ke mode fight or flight, inilah yang membuat seseorang menjadi lebih agresif. Dan akan ada pandangan bahwa stres merupakan hal yang negatif dan merugikan.
Namun, dibalik ini semua ternyata ada juga loh stress yang positif. Kenalan sama eustress yuk. Eustress adalah jenis stres yang positif. karena saat mengalami eustress seseorang akan lebih produktif dan banyak melakukan hal positif.
Sebab sumber stres jenis ini akan memotivasi seseorang untuk mencapai target yang ingin diraih hingga akhirnya ia meraih hal tersebut, dari hal inilah banyak orang yang menilai bahwa eustress merupakan stres yang menyenangkan. Sama halnya dengan stres yang lain, eustress bekerja dengan cara meningkatkan kewaspadaan pada sistem saraf pusat, yang akan membuat orang tersebut menjadi lebih waspada dan sadar.
Berbeda dengan stress negative yang selalu menghampiri kita, distress namanya. Jenis stress ini yang umumnya dikenal oleh sebagian besar orang. Perasaan tertekan yang hanya membuat SNReaders lelah, gelisah, bahkan bisa menurunkan kualitas kesehatan diri. Dalam penelitian yang diterbitkan dalam Malaysian Journal of Medical Science, disebutkan bahwa distress bisa menyebabkan seseorang bereaksi secara berlebihan, mengalami kebingungan, dan konsentrasi buruk.
Saat kalian mengalami stres, baik itu eustress ataupun distress, tubuh melepas hormon adrenalin dan kortisol yang akhirnya membuat SNReaders merasakan adanya sensasi fisik, seperti rasa mual di perut, telapak tangan berkeringat, hingga denyut jantung yang sangat cepat.
Nah, yang membedakan keduanya secara mendasar adalah bagaimana cara kalian bereaksi atau menanggapi stres yang hadir. Jika kalian mampu mengolahnya menjadi pemicu positif, maka itu menjadi eustress. Sebaliknya, bila kalian tak mampu mengolah stres tersebut menjadi hal baik dan malah menurunkan kualitas fisik dan mental SNR maka itu disebut distress.
Yang menjadi sebuah pertanyaan, apakah tanpa disadari kita akan merasa tertukar dengan kedua jenis stress ini?
Menurut Penasihat Kesehatan Mental, Tanya Fruehauf, stres baik bisa berubah menjadi stres buruk disaat kalian akhirnya menyerah dan merasa apa yang SNReaders lalui sudah di luar batas kemampuan. Untuk itu, penting untuk selalu mengolah stres agar eustress tidak berubah menjadi distress yang merugikan diri kalian.
Leave a Comment