satunusantaranews, Jakarta – Ekspor Indonesia pada Mei 2021 mencapai 16,60 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat signifikan sebesar 58,76 persen (year on year/yoy). Sejalan dengan nilai ekspor, performa impor Indonesia pada Mei 2021 juga meningkat sebesar 68,68 persen (yoy) atau mencatatkan nilai sebesar 14,23 miliar Dolar AS. Tren pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut seiring dengan tren penguatan ekspor dan impor (16/5).
“Neraca perdagangan terus melanjutkan surplus hingga bulan ini yakni sebesar 2,36 miliar Dolar AS. Capaian ini membuat neraca perdagangan mengalami surplus selama 13 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (15/06).
Tercatat komoditas non migas menjadi kontributor utama dalam peningkatan performa ekspor bulan ini dengan pertumbuhan sebesar 58,30 persen (yoy). Lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) menjadi penyumbang terbesar pada ekspor non migas dengan porsi sebesar 15,9 persen. Sementara itu, ekspor migas mengalami pertumbuhan sebesar 66,99 persen (yoy). Penyumbang terbesar ekspor migas berasal dari komoditas gas dengan porsi sebesar 53,8 persen.
Sedangkan lebih lanjut, ekspor Indonesia pada Mei 2021 yang tumbuh sebesar 58,76 persen (yoy) melebihi performa ekspor negara-negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan (45,6 persen), Taiwan (38,65 persen), Vietnam (36,6 persen), dan Cina (27,6 persen).
Peningkatan ekspor ini sejalan dengan meningkatnya harga beberapa komoditas andalan Indonesia. Tercatat, harga Crude Palm Oil (CPO) dan batu bara masing-masing meningkat sebesar 101,74 persen (yoy) dan 103,9 persen (yoy). Selain itu, pemulihan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti AS dan Cina yang telah tumbuh positif di Kuartal I-2021 turut mendukung peningkatan permintaan atas ekspor Indonesia.
Begitu pun aktivitas manufaktur AS dan Cina yang semakin ekspansif di bulan Mei 2021 ikut mendongkrak kinerja ekspor Indonesia di bulan yang sama. Sementara selain itu permintaan global telah pulih, pertumbuhan permintaan domestik yang kembali kuat juga mendorong produksi ke level yang lebih tinggi.
Tercatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) mampu mencapai level 55,3 pada bulan Mei atau mencatatkan rekor tertinggi selama 10 tahun sejarah survei. Selain itu, penyerapan jumlah tenaga kerja juga sudah mulai tumbuh positif untuk memenuhi kebutuhan kapasitas operasional yang meningkat.
Perluasan tenaga kerja ini sekaligus mendorong perbaikan penyerapan tenaga kerja domestik yang sempat menurun akibat pandemi COVID-19. Dan pulihnya permintaan global dan domestik yang diiringi dengan peningkatan aktivitas manufaktur mendorong peningkatan impor bahan baku dan barang modal, tutur Menko Airlangga.
Impor bahan baku/penolong meningkat sebesar 79,11 persen (yoy). Peningkatan tersebut berpengaruh signifikan terhadap total impor karena memiliki porsi terbesar dibandingkan dengan impor golongan lain yakni sebesar 76,9 persen terhadap total impor. Di saat yang sama, impor barang modal juga tumbuh positif sebesar 35,28 persen (yoy) dengan porsi sebesar 13,2 persen terhadap total impor.
“Berbagai perkembangan positif ini akan mendukung Indonesia dalam menjawab tantangan-tantangan global dan domestik sehingga ketahanan sektor eksternal dapat tetap terjaga dengan baik di tahun 2021,” pungkas Airlangga.
Leave a Comment