Nasional

Tutup Muktamar IV Wahdah Islamiyah, Indonesia Memanggil Kita

satunusantaranews, Surabaya – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menutup virtual Muktamar IV Wahdah Islamiyah (22/12) dan menegaskan jika Indonesia memanggil semua warga untuk berkontribusi membangun bangsa. Indonesia sedang membutuhkan bakti dan kesetiaan dari kita, semua warga bangsa. Karena Indonesia hari ini memanggil kita semua untuk bersatu padu, bahu membahu, demi Indonesia yang lebih baik. Terutama dalam menyongsong era perubahan global, yang berisi tantangan sekaligus ancaman.

Senator asal Jawa Timur ini menambahkan, Indonesia juga memanggil semua warga untuk ikut memastikan arah dan perjalanan bangsa berada di jalur yang tepat. Khususnya, dalam mengarungi gelombang perubahan global yang sudah di depan mata. Indonesia membutuhkan kita untuk mewujudkan cita-cita lahirnya negara ini, yaitu untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dan cita-cita untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ini belum pernah mampu direalisasikan. Hal itu terjadi sejak era Orde Lama, Orde Baru bahkan hingga era Orde Reformasi saat ini. Bahkan, di era Orde Reformasi cita-cita tersebut terasa semakin jauh dari harapan. Yang terjadi, justru Indonesia meninggalkan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Hal ini terjadi sejak amandemen konstitusi sebanyak empat tahap pada tahun 1999 hingga 2002 silam.

“Amandemen saat itu telah mengubah wajah bangsa ini menjadi liberal kapitalistik. Di mana haluan ekonomi nasional telah bergeser dari ekonomi kekeluargaan dan gotong royong dengan soko guru koperasi, menjadi ekonomi pasar bebas yang didominasi swasta nasional dan asing, yang sebagian sahamnya bisa dimiliki siapapun dan di manapun melalui lantai bursa saham,” terang LaNyalla.

Tidak itu saja, sumber daya alam dan cabang-cabang produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak, perlahan tapi pasti diserahkan kepada mekanisme pasar. Impor menjadi jalan keluar termurah dengan dalih efisiensi. Inilah wajah konstitusi dan produk undang-undang negara kita hari ini, tuturnya.

Dirinya sengaja memantik kesadaran publik bahwa Indonesia adalah negara yang besar, karena negara ini lahir dari sejarah peradaban yang unggul di era kerajaan dan kesultanan Nusantara di masa lampau. Jangan biarkan negara ini tercabik-cabik hanya karena ambisi kekuasaan untuk menumpuk kekayaan dan menguasai sebesar-besarnya kekayaan alam negeri ini. Sementara rakyat yang masih bergelimang dengan kemiskinan hanya kita butuhkan suaranya dalam Pileg dan Pilpres.

LaNyalla mengajak semua pihak berpikir sebagai layaknya negarawan sejati, dengan memahami dan merasakan suasana kebatinan para pendiri bangsa ini saat merumuskan bentuk dan sistem tata negara. Kita harus berani bangkit. Kita juga harus berani melakukan koreksi atas sistem tata negara dan sistem ekonomi negara ini. DPD RI akan sekuat tenaga memperjuangkan hal itu.

Jika DPD RI wacana amandemen konstitusi perubahan ke-5 yang kini tengah bergulir, harus menjadi momentum untuk melakukan koreksi atas sistem tata negara sekaligus Arah perjalanan bangsa ini. Tentu DPD RI akan mendapatkan dorongan energi bila seluruh elemen masyarakat Indonesia, termasuk Wahdah Islamiyah, menjadikan agenda amandemen konstitusi sebagai momentum yang sama, yaitu momentum untuk melakukan koreksi atas arah perjalanan bangsa, imbuhnya.

Pada kesempatan itu, LaNyalla memberikan apresiasi kepada Wahdah Islamiyah, yang pada Muktamar kali ini secara resmi melahirkan tagline organisasi, ‘Bakti dan Setia untuk Indonesia Tercinta’.  Sebuah tagline tidak hanya sebatas slogan. Tetapi harus menjadi spirit organisasi, untuk diwujudkan melalui program-program organisasi.

Leave a Comment
Published by
Kahfi SNN